Friday, December 23, 2011

Tugas Meringkas (PBSI Atas)


Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Sekolah Dasar Kelas Atas

A.           Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas Atas
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa membantu peserta didik mengenal dirinya, budaya orang lain, memukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya  kesastraan manusia Indonesia.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (SK dan KD Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah: 5-6):
a.    Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
b.    Mengahargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dsan bahasa Negara.
c.    Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
d.   Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
e.    Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
f.     Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
B.            Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas Atas
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, ketrampilan berbahasa, dan sikap positip terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta dididk untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:
1.    Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan pengharapan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;
2.    Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;
3.    Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
4.    Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;
5.    Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia;
Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
C.            Ruang Lingkup Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas Atas
Ruang lingkup bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek kebahasaan yaitu:
1.    Mendengarkan
2.    Berbicara
3.    Membaca
4.    Menulis
Pada akhir pendidikan SD siswa sudah membaca minimal sembilan buku sastra dan non-sastra (SK dan KD Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah: 6)

Sumber :
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Mandikdasmen Direktorat Pembinaan TK dan SD. 2009. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV-VI. Jakarta: BSNP.


Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu
Sekolah Dasar Kelas Atas

A.           Keterpaduan Antar Keterampilan Berbahasa
1.             Hubungan antara menyimak dan berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Menyimak dan berbicara, merupakan keterampilan berbahasa lisan.
Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan menirukan pembicaraan. Anak-anak tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka pahami, tetapi juga mencoba menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. Kenyatan ini mengharuskan orangtua  dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak-anak tidak menirukan pembicaraan yang memalukan atau tidak benar ( Ross dan Roe,1990:11).
2.             Hubungan antara Menyimak dan Membaca
Menyimak dan membaca merupakan ketrampilan reseptif. Menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat tertulis. Menyimak hanya melibatkan satu tingkat pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Misalnya ketika seorang anak menyimak kalimat “Nanti Ibu belikan bola” anak menghubungkan dengan alat permainan yang digunakan untuk bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata bola yang disimaknya.
Membaca melibatkan dua tingkat pemindahan, yaitu dari symbol tertulis ke symbol lisan, selanjutnya ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Misalnya ketika membaca kata bola anak mengucapkan atau membaca dalam hati kata tersebut. Setelah itu menghubungkannya dengan benda yang digunakan untuk bermain sepak bola. Oleh karena itu, ketrampilan menyimak bagus untuk mengembangkan kesiapan membaca, karena menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan membaca.
3.             Hubungan antara Berbicara dan Menulis
Berbicara dan menulis merupakan ketrampilan ekspresif atau produktif. Keduanya digunakan untuk menyampaikan informasi. Dalam kegiatan berbica maupun menulis, pengorganisasian pikiran sangat penting. Pengorganisasian pikiran ini lebih mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusun kembali secara mudah setelah ditulis sebelum disampaikan kepada orang lain untuk dibaca. Sebaliknya apabila seseorang melakukan kesalahan dalam berbicara, kesan tidak baik akan tetap ada dalam diri pendengar. Oleh karena itu, banyak pembicara yang merencanakan apa yang akan dikatakan dalam betuk tertulis dahulu, sebelum disajikan secara lisan.
4.             Hubungan antara Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan ketrampilan yang saling melengkapi. Contohnya tidak ada yang perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya, dan tidak ada yang dapat dibaca kalau belum ada yang ditulis.
Dalam menulis, orang lebih suka menggunakan kata-kata yang dikenal dan yang dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahan bacaan yang telah dibacanya. Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh seseorang yang tidak pernah muncul dalam tulisan (karangan). Hal itu terjadi karena untuk menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam dalam hal penerapan kata tersebut daripada sekedar memahaminya ketika membaca.

B.            Keterpaduan Antar Keterampilan Berbahasa dengan Bersastra
1.             Hakikat sastra anak
Kata sastra berarti karya seni imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa (Rene Wellek, 1989). Karya seni sastra tersebut dapat dalam bentuk lisan ataupun tertulis. Selanjutnya, kata anak dapat diartikan sebagai manusia kecil (KBBI, 2000: 41). Kata anak yang dimaksud di sini bukanlah anak balita ataupun anak remaja, tetapi anak usia sekolah dasar yang berumur antara 6-13 tahun.
2.             Ciri sastra anak
Menurut Sarumpaet (dalam Santosa, 2003: 8.4), ada tiga ciri yang membedakan antara sastra anak dengan sastra orang dewasa:
a.    Unsur pantangan, yaitu unsur yang secara khusus berhubungan dengan tema dan amanat. Artinya, sastra anak pantang atau menghindari masalah-masalah yang menyangkut tentang seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian atau hal-hal yang bersifat negatif atau buruk.
b.    Penyajian dengan gaya secara langsung, artinya tokoh yang diperankan sifatnya hitam putih. Maksudnya adalah setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai satu sifat utama yaitu baik atau buruk.
c.    Fungsi terapan adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang bermanfaat.


3.             Hubungan antara keterampilan berbahasa dengan bersastra
Penggunaan bahasa yang bersifat produktif (berbicara dan menulis) dan reseptif (menyimak dam membaca) menciptakan suatu dasar keterpaduan. Menyimak (pendengar) dan pembaca menggunakan proses yang sama yaitu “ menerima” isyarat dari luar dan menanggapi isyarat tersebut. Demikian juga penulis dan pembicara menggunakan proses yang sama dalam menemukan simbol-simbol berbentuk kata, kalimat, paragraf, dan wacana untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan. Program pembelajaran bahasa terpadu( keterpaduan dalam bidang studi) menguntungkan karena dapat memanfaatkan persamaan-persamaan dalam penggunaan bahasa yang bersifat reseptif, dengan meminta anak-anak menyimak bermacam-macam wacana yang sama dengan yang akan mereka baca kemudian. Persamaan-persamaan dalam penggunaan bahasa yang bersifat produktif akan mendorong pengalihan keterampilan mendiskripsikan secara lisan ke keterampilan mendiskripsikan secara tertulis.(Busching dan Schwartz, 1983:15).

Keterampilan berbahasa merupakan keterpaduan antara keterampilan membaca, menulis, berbicara dan menyimak. Sedangkan keterampilan bersastra yaitu merupakan penerapan dari keterampilan membaca, menulis, berbicara dan menyimak yang dituangkan dalam bentuk seperti, puisi, prosa, cerpen dan drama.

Sumber :
Zuchdi, Darmiyati; Budiasih. 1996. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Depdikbud (hal 100-105)



Pendekatan Whole Language

Goodman memperkenalkan “miscue analysis” yang menunjukkan bahwa tidak semua kesalahan membaca itu sama pentingnya. Dia menentang pendapat bahwa bahasa dapat diajarkan bagian per bagian. Model ini merefleksikan pendekatan whole language (hal. 20). Whole – languge bukanlah sebuah metode, tetapi seperangkat keyakinan yang berkaitan dengan perkembangan bahasa, kurikulum, pembelajaran, pengajaran, dan komunitas. Beberapa ide utama whole language yang relevan dengan membaca adalah :
1.             Literasi berkembang dari utuh ke bagian secara fungsional, bermakna, relevan dengan penggunaan bahasa;
2.             Pembaca mengkonstruksikan makna selama membaca, menggambarkan latar belakang pembelajaran dan pengalaman mereka;
3.             Pembaca memprediksi, menyeleksi, mengkonfirmasi, dan mengoreksi sendiri begitu mereka memaknai tulisan;
4.             Tiga sistem bahasa berinteraksi dalam bahasa tulis: grafofonemik (bunyi dan bentuk huruf), sintaktik (pola kalimat), dan semantik (makna). Ketiganya bekerja bersama dan tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran;
5.             Pemahaman makna selalu menjadi tujuan semua pembaca.
Meskipun tekanan proses dalam konstruktivistik dan belajar individual oleh psikologi kognitif dan psikolinguistik, awalnya, dikembangkan dari garis riset yang berbeda (Rowe, 1994), koneksi antara dua perspektif ini pun ditegakkan (Dale dalam Rowe, 1994). Kaitan antara belajar bahasa tulis dan bahasa lisan, dan  kaitan antara belajar bahasa dan belajar secara umum, telah diakui oleh banyak ahli, terutama bahasan dengan menggunakan perspektif psikologi kognitif dan psikologi linguistik. Mereka memadukan aspek membaca dan menulis.
Contoh riset yang berakar pada kedua tradisi ini adalah riset Freeiro dan Teberosky (1982 dalam Rowe 1994:6). Riset mereka bertujuan untuk mengidentifikasi proses konstruksi dan hasil hipotesis anak yang digunakan untuk belajar bahasa tulis. Riset tersebut menggunakan desain eksperimental yang memberikan kesempatan pada anak untuk menerangkan pengetahuan dan proses-proses bahasa tulis mereka. Dalam suatu metode yang dipolakan sesudah interview klinik Piaget, Ferreiro dan Teberosky (dalam Rowe 1994:6), meminta anak-anak untuk memecahkan kembali permasalahan yang berkaitan dengan bahasa tulis dan kemudian menginterview mereka mengenai alasan, di samping solusinya sendiri. Y. Goodman (1990) mencatat bahwa tujuan utama riset dalam tradisi psikolinguistik adalah untuk memahami “sejarah ide atau konsep yang dipengaruhi oleh aktivitas intelektual persona pembelajar”.

Sumber :
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Menumbuhkembangkan Baca-Tulis Anak Usia Dini. Yogyakarta: Grasindo.



Peningkatan Kemampuan Berbahasa Tulis

Ada banyak jenis tulisan diantaranya novel, puisi, cerita pendek, naskah, surat, esai, laporan, review, instruksi, dll. Kesemuanya cukup berbeda, tapi itu semua merupakan bentuk menulis. Semua jenis tulisan memiliki tujuan dasar melalui proses transformasi ide dari satu otak ke otak yang lain. Setiap tulisan akan memiliki tujuan setidaknya satu dari hal-hal berikut ini :
                Menghibur
Hal ini tidak selalu membuat pembaca tertawa, tapi setidaknya mampu melibatkan perasaan mereka dalam beberapa cara.
                Menginformasikan
Untuk memberitahu pembaca tentang sesuatu atau informasi tertentu.
                Membujuk
Mencoba untuk meyakinkan pembaca tentang sesuatu hal. Dalam dunia nyata tujuan-tujuannya tumpang tindih. Tapi cara yang tepat untuk mulai menulis adalah dengan bertanya: Apa hal dasar yang saya ingin tulisan ini lakukan?

Menulis untuk menghibur
Pikirkan bagaimana rasanya menjadi pembaca. Anda dapat merasa terhibur  oleh sesuatu yang sangat serius, bahkan sedih, maupun oleh sesuatu yang lucu. Sebuah alur cerita yang menarik dapat melibatkan emosi Anda juga dengan menciptakan perasaan ketegangan. Menulis dengan melibatkan emosi juga dapat menjadi reflektif dan kontemplatif.
Menulis untuk menghibur umumnya disebut 'menulis imajinatif' atau 'menulis kreatif' (tentu saja, semua keterampilan menulis membutuhkan beberapa imajinasi dan kreativitas). Contoh penulisan imajinatif novel, cerita, puisi, lirik lagu, drama, dan skenario. Kadang-kadang menulis imajinatif menyamarkan dirinya sebagai 'kisah nyata' untuk menambah efek.
Menulis untuk menginformasikan
Jenis tulisan ini juga dapat 'menghibur' dalam arti bahwa mereka merupakan pembaca yang baik. Tapi menghibur pembaca bukanlah tujuan utama – sifatnya hanya sebagai bonus. Contoh penulisan untuk menginformasikan adalah artikel surat kabar, laporan ilmiah atau bisnis, instruksi atau prosedur, dan esai untuk sekolah dan universitas.



Menulis untuk membujuk
Dalam hal ini termasuk iklan, beberapa artikel koran dan majalah, dan beberapa jenis esai. Jenis tulisan mungkin termasuk pendapat Anda, tetapi sebagai bagian dari kasus logis yang didukung dengan bukti, bukan hanya sebagai ekspresi dari perasaan Anda. Saya sebutkan di atas bahwa menulis imajinatif terkadang berpura-pura menjadi kisah nyata, tetapi jika Anda sedang menulis untuk menginformasikan atau membujuk, Anda tidak harus membuat segalanya.

Sumber :
Grenville, Kate. 2001. Writing from Start to Finish: A Six-Step Guide. Australia: Allen & Unwin.


Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan

Belajar berbahasa lisan, dirancang untuk menunjukkan kekuatan dan nilai dari dialog di atas monolog, dan aktif di atas pembelajaran yang pasif ketika diajarkan kepada pelajar kelas atas. Buku ini dirancang untuk membantu mewujudkan model yang lebih efektif untuk memfasilitasi pembelajaran yang sebenarnya. Tidak hanya menjelaskan dan menggambarkan dua belas prinsip, tetapi juga membatu kita untuk terlibat dan menganalisis prinsip-prinsip selama ini. Buku ini menunjukkan segala sesuatu tentang pembelajaran aktif. Untuk membantu meningkatkan kemampuan berbahasa lisan, ada 12 prinsip diantaranya :
1.             Penilaian Kebutuhan: Langkah Pertama dalam Dialog
Sangat penting untuk memiliki orientasi untuk belajar, misalnya “Siapa yang membutuhkan apa seperti yang didefinisikan oleh siapa?”
2.             Keamanan: Menciptakan Lingkungan Aman untuk Belajar
3.             Interaksi: Kekuatan Persahabatan dan Hormat
4.             Keteraturan dan Penguatan: Mengetahui Dimana dan Bagaimana untuk Memulai
5.             Praksis: Aksi dengan Refleksi
6.             Penghargaan terhadap Pembelajar: Pembelajar sebagai Subjek Belajar Sendiri
7.             Belajar dengan Ide, Perasaan dan Tindakan
Belajar aktif lebih efektif daripada belajar pasif dan memerlukan tujuan belajar yang membantu orang berpikir, merasakan dan melakukan.
8.             Kedekatan: Pengajaran tentang Apa yang Benar-benar Berguna
Disesuaikan dengan keterampilan yang menjadi pusat pembelajaran.
9.             Hapus Peran: Penguatan Ekuitas Manusia antara Guru dan Siswa
Tujuannya adalah untuk melakukan apapun yang diperlukan untuk mendorong dialog yang jujur.
10.         Teamwork: Bagaimana Anak Belajar Bersama
Dengan menggunakan kelompok kecil peserta didik mampu memberikan penguatan dan umpan balik konstruktif satu sama lain, memungkinkan pembelajaran yang efektif.
11.         Keterlibatan: Belajar Sebagai Proses Aktif
12.         Akuntabilitas: Sukses ada di Mata Pembelajar
Sumber :
Vella, Jane Kathryn. 1931. Learning to listen, learning to teach: the power of dialogue in educating adults. San Fransisco: Jossey-Bass.
Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Inovatif

Setiap anak adalah pribadi yang unik. Hal tersebut menyebabkan kecepatan belajar mereka juga bervariasi, seperti halnya sejauh mana mereka mempertahankan apa yang mereka pelajari. Selain itu, usia mereka, latar belakang pengalaman, dan warisan budaya semua mempengaruhi pembelajaran mereka secara umum. Berikut ini adalah strategi yang dapat dikombinasikan dan dimodifikasi dalam berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan siswa yang beragam di setiap kelas (hal. 15) :
-       Membagikan pengalaman yang memberi kesempatan untuk observasi dan percakapan.
-       Menentukan pengalaman (oleh siswa untuk guru) sebagai teks utama untuk membaca instruksi.
-       Membaca teks yang mencerminkan perspektif budaya siswa.
-       Tambahan teks untuk berlatih membaca (misalnya, buku, majalah, dan teks digital).
-       Kesempatan harian untuk berlatih membaca dan tambahan bacaan yang dipilih sendiri.
-       Kesempatan teratur untuk menulis dalam bahasa Indonesia dan untuk membangun, memperbaiki, dan memperluas keterampilan menulis.
-       Kesempatan untuk membangun kosa kata untuk mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia.
-       Instruksi secara khusus pengenalan kata strategi (analisis fonetik, analisis struktur, penggunaan petunjuk konteks, dan penggunaan kamus). Strategi khusus Lea meliputi perencanaan pengalaman menarik bagi siswa dan fasilitas pembelajaran bagi siswa.
Buku ini memberikan saran rinci untuk perencanaan dan mengelola instruksi LEA untuk ELLs, dengan fokus pada pengembangan bahasa. Prosedur LEA bervariasi tergantung pada usia siswa dan kebutuhan siswa. Usia siswa berpengaruh pada sejauh mana mereka dapat bekerja secara independen pada berbagai kegiatan. Jadi, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang inovatif bisa terdapat banyak pendekatan dan strategi bergantuk pada usia dan kebutuhan siswa.
Sumber :
Nessel, Denise D., 1943. Using the language experience approach with English language learners: strategies for engaging students and developing literacy. California: Corwin Press.
Materi Ajar Bahasa Indonesia Kelas Atas dengan Fokus Mendengarkan dan Berbicara
Dalam penyusunan materi ajar bahasa Indonesia hendaknya disesuaikan dengan konteks lingkungan dan kebutuhan siswa. Berikut materi ajar bahasa Indonesia kelas atas :

a.              Fokus Mendengarkan
Kelas
Materi Ajar
4
a.      Simbol suatu daerah
b.     Gambar atau denah suatu tempat
c.      Pengumuman
d.     Pantun anak
5
a.      Wawancara dengan narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll)
b.     Cerita rakyat
c.      Cerita pendek
6
a.      Teks bacaan dan cerita anak
b.     Berita dan drama pendek



b.             Fokus Berbicara
Kelas
Materi Ajar
4
a.     Denah atau gambar suatu tempat
b.     Macam-macam alat dan penggunaannya
c.     Pantun
d.    Pesan melalui telepon
5
a.     Macam-macam peristiwa
b.     Wawancara sederhana dengan narasumber
c.     Persoalan faktual
d.    Drama
6
a.     Informasi dari berbagai media
b.     Cara memberikan pujian atau kritikan dengan bahasa yang santun
c.     Pidato
d.    Puisi

c.              Alur penyusunan materi ajar
d.             Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih materi ajar adalah:
1)             Keluasan bahan ajar
2)             Keterbatasan waktu
3)             Perbedaan karakteristik siswa
4)             Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Sumber :
W, Solchan T. dkk. 2008. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Pendekatan Komunikatif
Peran guru terutama dalam jenis aktivitas yang lebih kreatif, intervensi yang tidak perlu dari guru dapat membuat pelajar menjadi tidak terlibat dalam kegiatan ini dan dengan demikian menghambat perkembangan keterampilan komunikatif mereka. Namun, ini tidak berarti bahwa pada kegiatan yang sedang berlangsung, guru harus menjadi pengamat pasif. Fungsinya menjadi kurang dominan daripada sebelumnya, tetapi tidak kurang penting (hal.19).
Sebagai contohnya:
-                 Jika peserta didik menyadari bahwa diri mereka tidak mampu mengatasi tuntutan situasi, guru dapat menawarkan saran atau menyediakan bahan yang diperlukan. Jika siswa tidak setuju, siswa bisa menyelesaikan masalah sendiri. Dengan kata lain, guru tersedia sebagai sumber bimbingan dan bantuan. Keberadaan guru merupakan dukungan psikologis yang penting bagi banyak pelajar, terutama bagi mereka yang lambat untuk mengembangkan kemandirian.
-                 Sementara peserta didik beraktivitas, guru dapat memantau kekuatan dan kelemahan mereka. Meskipun guru tidak mungkin ikut campur pada saat itu, guru dapat menggunakan kelemahan sebagai tanda-tanda kebutuhan belajar yang nanti harus dipenuhi, mungkin melalui kegiatan yang lebih terkontrol, aktivitas pra-komunikatif, setiap jenis penguatan dan masukan.
-                 Siswa mungkin akan kesulitan ketika guru memutuskan untuk melatih siswa dengan lebih giat dalam mempelajari bahasa yang digunakan. Lebih jelasnya, guru mungkin perlu mencegah pelajar yang beralih ke bahasa ibu mereka di saat - saat sulit. Guru juga bisa memutuskan bahwa kesalahan tertentu itu sangat penting untuk diperbaiki dalam sekali waktu, tujuannya untuk mencegah bahasa ibu siswa digunakan dalam setiap harinya di sekolah khususnya.
Berdasarkan beberapa poin di atas, saya telah mengasumsikan bahwa guru tidak memiliki peran langsung dalam kegiatan komunikatif yang dilakukan siswa. Tetapi ada juga kegiatan di mana guru dapat mengambil bagian sebagai 'co-komunikator' atau fasilitator yang sering kita kenal. Asalkan guru bisa mempertahankan peran ini tanpa menjadi dominan di kelas, hal – hal tersebut memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan dan rangsangan dari 'dalam' aktivitas siswa.
Sumber :
Littlewood, William. 2002. Communicative Language Teaching: An Introduction. New York: Cambridge University Press.
Materi Ajar Bahasa Indonesia Kelas Atas dengan Fokus Membaca dan Menulis
A.           Cara menganalisis materi ajar :
ANALISIS SUBJEKTIF
(Analisis tentang apa yang dibutuhkan)
ANALISIS OBJEKTIF
(Analisis materi ajar yang sedang dievaluasi)
PESERTA DIDIK
1.    Siapakah peserta didik Anda?
-       umur
-       jenis kelamin
-       latar belakang pendidikan
-       minat
1.     Kepada siapakah materi ajar ini ditujukan?
TUJUAN
2.    Apakah tujuan dari mata pelajaran Anda?
2.     Apakah tujuan dari materi ajar ini?
ISI
3.    Bidang ilmu apakah yang dibutuhkan?
-       Topik apakah yang dibutuhkan?

4.    Bagaimanakah seharusnya isi disusun dalam keseluruhan buku?
-       Berdasarkan pokok bahasankah?
-       Berdasarkan keterampilankah?
-       Berdasarkan kombinasikah?
5.    Bagaimanakah seharusnya isi disusun dalam setiap unitnya?
-       Berdasarkan pola kelompokkah?
-       Berdasarkan keterampilan tertentukah?
3.     Bidang ilmu apakah, tingkat apakah, topik apakah yang tertera pada materi ajar?
4.     Bagaimanakah isi disusun pada materi ajar ini?



5.     Bagaimanakah isi disusun dalam setiap unitnya pada materi ajar ini?
METODOLOGI
6.    Teori belajar apakah mata pelajaran ini seharusnya didasarkan?
6.     Teori belajar apakah materi ajar ini didasarkan?

B.            Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas atas dengan fokus membaca.
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan fokus membaca artinya pembelajaran yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca. Menurut Tarigan, membaca di kelas tinggi ini melatih siswa dalam keterampilan yang bersifat pemahaman yang mencakup aspek-aspek berikut ini :

-                Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal)
-                Memahami signifikansi/ makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang, relevansi/ keadaan kebudayaan, reaksi pembaca)
-                Evaluasi/ penilaian (isi, bentuk)
-                Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Kompetensi dasar membaca di kelas tinggi yang perlu dikembangkan menurut Kurikulum :
Kelas 4
-                Membaca memindai
-                Membaca sekilas teks agak panjang
-                Membaca intensif
-                Membaca bersuara (membacakan pengumuman)
-                Membaca dongeng, cerita rakyat
-                Membaca pantun
Kelas 5
-                Membaca cepat teks
-                Membacakan teks percakapan
-                Membaca sekilas
-                Membaca memindai
-                Membacakan puisi
Kelas 6
-                Membaca intensif
-                Membaca sekilas
-                Menanggapi informasi
-                Membaca teks drama
-                Membaca laporan

C.            Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas atas dengan fokus menulis.
Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas atas dengan fokus menulis artinya pembelajaran yang dipusatkan pada melatih keterampilan menulis. Tujuan pembelajaran menulis terpadu agar siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa tulis sesuai dengan konteks pemakaian bahasa yang wajar.
Kompetensi dasar menulis di kelas tinggi yang perlu dikembangkan :
Kelas 4
-                Memahami isi percakapan dan melengkapi percakapan
-                Menulisi pentunjuk
-                Memahami isi cerita dan melengkapi cerita
-                Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman/ cita-cita dengan bahasa yang baik dan benar
-                Menyusun karangan dengan topic sederhana dengan EYD yang tepat
-                Menulis pengumuman dengan bahasa yang komunikatif
-                Membuat pantun sederhana
Kelas 5
-                Menulis karangan berdasarkan pengalaman
-                Menulis surat pribadi untuk berbagai tujuan dengan kalimat yang efektif
-                Menyususn laporan pengamatan melalui tahapan yang benar
-                Menulis dialog sederhana
-                Meringkas isi buku
Kelas 6
-                Mengisi formulir
-                Membuat ringkasan dari suatu teks
-                Menyusun percakapan tentang berbagai topic dengan EYD yang tepat
-                Mengubah puisi ke dalam prosa
-                Menyusun naskah pidato/ sambutan
-                Menulis surat resmi dengan baik dan benar
Teknik dalam pembelajaran menulis menurut Tarigan :

1.        Menyusun kalimat
2.        Memperkenalkan karangan (baca-tulis, simak-tulis)
3.        Meniru model
4.        Karangan bersama
5.        Mengisi (kalimat rumpang)
6.        Menyusun kembali (mengurutkan kalimat acak)
7.        Menyelesaikan cerita
8.        Menjawab pertanyaan
9.        Meringkas bacaan
10.     Paraphrase
11.     Reka cerita gambar
12.     Memerikan
13.     Mengembangkan kata kunci
14.     Mengembangkan kalimat topic
15.     Mengembangkan judul
16.     Mengembangkan peribahasa
17.     Menulis surat
18.     Menyusun dialog
19.     Menyusun wacana

Sumber :
W, Solchan T. dkk. 2008. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

No comments:

Post a Comment