Wednesday, December 28, 2011

Pengembangan Kurikulum


PENDAHULUAN

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran. Kurikulum juga mengatur cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut meliputi tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, potensi, satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang beragam mengacu pada Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian. Standar isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Untuk mencapai standar yang telah ditentukan di setiap SD maka perlu adanya suatu patokan yang dapat mengembangkan kurikulum yang digunakan. SD Kanisius Jomegatan menggunakan kurikulum KTSP dan Pendekatan Pedagogi Reflektif. Dalam makalah ini kami menyajikan suatu model kurikulm yang didasari oleh pengembangan kurikulum dengan model  Beauchamp yang dipadukan dengan kurikulum SD Kanisius Jomegatan(KTSP). Beauchamp menawarkan lima langkah dalam mengembangkan kurikulum,yaitu : menetapkan arena atau wilayah, menetapkan personalia, organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Kelima langkah Beauchamp tersebut diatas akan membantu dalam pengembangan kurikulum SD Kanisius Jomegatan.
TINJAUAN PUSTAKA

A.           Model Pengembangan Kurikulum
Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai sekarang ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni “Curir dan curere”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Sesuai dengan namanya, model ini diformulasikan oleh G.A. Beauchamp’s (1964), beliau mengemukakan lima hal penting dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
a.         Menetapkan “arena atau lingkup wilayah” yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut, yaitu berupa kelas, sekolah, sistem persekolahan regional atau nasional.
b.          Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
-                para ahli pendidikan/kurikulum dan para ahli bidang dari luar
-                para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru   terpilih
-                para profesional dalam sistem pendidikan,
-                profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.
c.              Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini untuk merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, kegiatan evaluasi dan menentukan seluruh desain kurikulum. Beauchamp membagi kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu:
-                membentuk tim pengembang kurikulum
-                mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang digunakan
-                studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru
-                merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan-penentuan kurikulum baru
-                penyusunan dan penulisan kurikulum baru.
d.             Implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum secara sistematis di sekolah.
e.              Evaluasi kurikulum. Merupakan langkah terakhir yang mencakup empat hal, yaitu :
-                evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
-                evaluasi desain kurikulum
-                evaluasi hasil belajar siswa
-                evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum. Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum serta prinsip pelaksanaannya. Keberhasilan suatu inovasi pendidikan, khususnya inovasi dalam pengenalan pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat bergantung pada seberapa jauh dimensi koordinasi dapat dilakukan secara efektif dan komunikatif antar stakeholder yang terkait. Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam koordinasi adalah kesamaan visi dan kesamaan langkah dalam memberikan bantuan pada sekolah (guru dan kepala sekolah) sehingga sekolah tidak kebingungan ketika akan memulai untuk menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dalam kondisi ini, sekolah (guru dan Kepala Sekolah) harus berada pada titik pusat network yang simpul-simpulnya menyertakan stakeholder lain yang berkepentingan dengan sekolah baik kepentingan pembinaan maupun kepentingan pemanfaatannya.
Semua bentuk/gagasan pembinaan untuk sekolah perlu memenuhi empat prinsip manajemen, yaitu P (Planning), O (Organizing), A (Actuating), dan C (Controlling). Khusus yang berkaitan dengan legalisasi pada penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah kepastian kapan KBK dimulai dan bagaimana tahapan-tahapan implementasinya serta apa strategi/pola desiminasinya. Semua ini telah ditetapkan dalam satu keputusan menteri. Penetapan ini akan berimplikasi pada pola penyempurnaan pendidikan sekolah di sekolah/ perguruan tinggi seperti tentang sistem ujian akhir, sistem penerimaan siswa/ mahasiswa baru, mekanisme penyediaan dana, atau pada mekanisme sosialisasi, baik sosialisasi dari tingkat pusat ke daerah atau dari tingkat daerah ke sekolah.

B.            Teori Pendidikan
KTSP banyak dipengaruhi oleh teori pendidikan Teknologi. Teori lain yang ikut mempengaruhi KTSP adalah teori belajar Konstruktivisme. Konsep teori belajar konstruktivisme berakar dari filsafat tertentu tentang manusia dan pengetahuan. Makna pengetahuan, sifat-sifat pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan berpengetahuan, menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme. Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan lebih bersifat kontektual daripada absolut, yang memungkinkan adanya penafsiran jamak (multiple perspektives) bukan hanya satu perspektif saja. Hal ini berarti bahwa “pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain”.
Perspektif konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subyektif.
Perspekstif konstruktivisme pembelajaran di kelas dilihat sebagai proses konstruksi pengetahuan oleh siswa. Dimana mengharuskan siswa bersikap aktif. Dalam proses ini siswa mengembangkan gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis dan pemikiran ulang terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa lalu dan masa kini. Pembelajaran konstruktivisme disusun berorientasi lebih pada kebutuhan dan kondisi siswa dengan memicu rasa ingin tahu dan ketrampilan memecahkan masalah melalui inquiry learning, reflective learning dan problem-based learning. Belajar merupakan proses aktif untuk megkonstruksi pengetahuan dan bukan proses menerima pengetahuan. Proses pembelajaran yang terjadi lebih dimaksudkan untuk membantu atau mendukung proses belajar, bukan sekedar untuk menyampaikan.
Dalam wawasan ini sebenarnya siswalah yang mempunyai peranan penting dalam belajar, sedangkan guru secara fleksibel menempatkan diri sebagaimana diperlukan oleh siswa dalam proses memahami dunianya. Pada suatu saat guru memberi contoh, atau model bagi siswanya, dan pada saat yang lain guru membangunkan rasa ingin tahu dan keinginan anak untuk mempelajari sesuatu yang baru. Pada saat tertentu guru membiarkan anak mengeksplorasi dan bereksperimen sendiri dengan lingkungannya, guru cukup memberi semangat dan arahan saja.
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell mengajukan karakteristik sebagai berikut :
1)            Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.
2)            Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
3)            Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal.
4)            Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.
5)            Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
 Dari penjelasan di atas, tampak bahwa teori belajar konstruktivisme ikut mempengaruhi KTSP baik aspek penyusunan maupun penerapannya di tingkat satuan pendidikan. KTSP menuntut siswa bertindak aktif, menilai tidak hanya dari segi hasil belajar saja namun meliputi proses belajar, fleksibel (disesuaikan dengan potensi serta kondisi), dan berisikan perangkat pembelajaran (Program tahunan, Program semester, Silabus, dan RPP)

C.           Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan konseptual dan ideal yang meliputi sasaran pendidikan (tujuan), proses pendidikan (bagaimana caranya), dan pendidik siswa (siapa peserta didik, siapa pendidik). Landasan filosofis berperan dalam kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut John Dewey, filsafat dan filsafat pendidikan adalah sama, seperti pendidikan sama dengan kehidupan.

Filsafat :                                                               Tujuannya :
Dunia selalu berubah                                            Self Realization

                            
-   Tekanan pada proses berpikir,
                             -   Proses berpikir bersifat tentatif,
                             -   Pengalaman (dasar: mencakup segala
    aspek kegiatan individu dan
    sumber dari nilai)


D.           Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan rencana belajar untuk pengalaman yang meliputi perkembangan siswa, karakteristik siswa, dan metode belajar-mengajar.  Landasan psikologis berperan dalam kurikulum pada isi pendidikan, proses pendidikan, dan evaluasi. Dalam pembuatan makalah ini kami menerapkan teori perkembangan belajar Piaget. Menurut Piaget, anak-anak pada masa konkret operasional bisa melakukan tugas-tugas konservasi degan baik. Pada fase ini anak-anak mengembangkan tiga macam proses :
1.             Negasi
Anak telah mengerti proses yang terjadi dalam suatu kegiatan dan mencoba memahami hubungan-hubungan dalam kegiatan tersebut. Anak dapat bekerja dengan baik dengan adanya benda-benda (rapi dan berderet).
2.             Hubungan timbal balik (resiprokasi)
Anak melihat bagaimana deretan benda bisa berubah denga nilai yang tetap sama.
3.             Identitas
Anak tidak hanya melihat deret benda tetapi anak bisa mengenal dan memahami benda – benda tersebut satu per satu. Apa yang dipikirkan anak masih terbatas pada hal-hal yang ada hubunganya dengan sesuatu yang konkret, suatu realitas secara fisik, dan benda-benda yang benar-benar nyata.
Hal-hal yang tidak jelas dan tidak konkret sulit dipikirkan oleh anak. Hal lain yang membatasi kemampuan berpikir anak  adalah egosentrisme (D.Elkind :1967). Anak kurang mampu membedakan obyek langsung yang dialami dengan obyek yang ada dalam pikiran anak. Hal ini terlihat jika anak diberi masalah untuk dipecahkan, anak tidak memulainya dari obyek langsung yang dialami tetapi  anak akan memulai dari dirinya sendiri  artinya anak kesulitan menghadapi masalah yang dialami tanpa adanya objek nyata (media).
Adaptasi anak-anak terhadap lingkungan terjadi dalam dua cara :
1.             Organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya, proses ini disebut dgn asimilasi.
2.             Organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya, proses ini disebut akomodasi.
Piaget mengaplikasikan proses asimilasi dan akomodasi terhadap intelektual seperti terhadap proses fisik :
·               Anak-anak mengasimilasi ide-ide baru, “food for thought” dengan mencocokkannya ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dan mengakomodasikan ide-ide tersebut dengan mengubah struktur kognitif mereka dalam meresponnya.
·               Bila idenya baru dan struktur kognitif perlu untuk membuatnya berarti, anak-anak akan membuatnya sebagai bagian dari proses berpikir mereka dan akan mengubah cara berpikir mereka dalam meresponnya.
·               Perkembangan intelektual tidak akan terjadi bila ide-ide anak-anak itu dikenal sudah diasimilasi atau bila mereka melanjutkan struktur tersebut untuk asimilasi.
Oleh karena itu, dengan berdasar pada teori perkembangan belajar Piaget, kami berusaha mengembangan kurikulum yang mengakomodasi semua kebutuhan anak dan menyelenggarakan pendidikan yang berpusat pada anak.

E.            Perkembangan Sosial dan Budaya
Perkembangan keterampilan sosial dan budaya yang ditujukan kepada seluruh warga sekolah  sangatlah penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu SD Kanisius Jomegatan mengadakan program-program/kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan sosial dan budaya warga sekolah. Kegiatan di bidang sosial contohnya adalah berdoa dan bersalaman bersama setiap pagi sebelum masuk ke kelas untuk melaksanakan pembelajaran. Kegiatan di bidang budaya adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler membatik dan seni karawitan. Hal-hal tersebut tentunya dapat meningkatkan keterampilan sosial dan budaya seluruh warga sekolah SD Kanisius Jomegatan
Perkembangan sosial dan budaya SD Kanisius Jomegatan dan masyarakat sekitar terjalin dengan baik. Hal yang menunjukkan hubungan tersebut adalah adanya Komite Sekolah yang berasal dari anggota masyarakat, dan diharapkan adanya partisipasi serta bantuan dari masyarakat sekitar. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan sekolah dapat diwujudkan dengan adanya bantuan dalam beberapa bidang sosial budaya, diantaranya bidang kesenian, pembangunan, keagamaan, dan di bidang sosial lainnya.
Partisipasi masyarakat di bidang kesenian ditunjukkan dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan akhir tahun (perpisahan dan kenaikan kelas). Dalam hal ini masyarakat dapat memberikan bantuan berupa alat-alat musik (gamelan), dan menyumbangkan apresiasi berupa kesenian.
Partisipasi masyarakat di bidang pembangunan ditunjukkan dengan gotong royong sukarela dari masyarakat saat pembangunan atau renovasi gedung sekolah. Dalam bidang keagamaan, sekolah mengundang masyarakat sekitar untuk merayakan hari besar keagamaan. Contohnya saat perayaan hari raya Natal, sekolah mengundang masyarakat sekitar untuk menghadiri perayaan Natal bersama di sekolah.
Kegiatan sosial lainnya yang dapat dilaksanakan oleh SD Kanisius Jomegatan untuk meningkatkan keterampilan sosial adalah program bakti sosial yang melibatkan seluruh warga sekolah kepada masyarakat sekitar yang dilaksanakan secara rutin setiap akhir tahun. Bakti sosial dapat berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu di daerah sekitar SD Kanisius Jomegatan

F.            Perkembangan Iptek
Saat ini perkembangan Ilmu Pengetahun dan Teknologi di Indonesia sudah sangat maju. Hal itu juga terlihat juga di Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh karena itu SD Kanisius Jomegatan mengenalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kepada peserta didik supaya menjadi peserta didik yang berwawasan IPTEK dan tidak gagap teknologi. Hal itu diwujudkan dengan program-program yang berbasis teknologi dan penggunaan media pembelajaran yang berbasis IT (Information and Technology) dalam penyampaian materi dari guru kepada siswa.
Program-program yang berbasis teknologi dapat menambah wawasan siswa di bidang IPTEK, sehingga setelah menempuh pendidikan di SD Kanisius Jomegatan, para siswa diharapkan dapat menjadi manusia yang berwawasan tinggi khususnya di bidang IPTEK. Contoh dari program tersebut adalah melalui pelajaran TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi). Pelajaran TIK dapat mengenalkan siswa pada salah satu produk teknologi yaitu komputer, sehingga pelajaran tersebut menjadi sangat penting untuk dikuasai siswa mengingat saat ini keterampilan akan penggunaan komputer menjadi hal yang (dapat dikatakan) mutlak untuk dimiliki oleh setiap orang, karena saat ini keterampilan tersebut menjadi syarat untuk memasuki hampir semua bidang pekerjaan.
Penggunaan media pembelajaran yang berbasis IT juga perlu diperhatikan oleh setiap satuan pendidikan. Hal itu juga diwujudkan di SD Kanisius Jomegatan, karena dengan penggunaan media yang berbasis IT sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran yang berbasis IT juga dapat mengenalkan teknologi kepada peserta didik supaya kelak kemudian hari, para siswa tidak kaget jika dihadapkan dengan benda-benda teknologi dan dapat memanfaatkannya dengan baik di berbagai hal. Contoh dari media-media pembelajaran yang berbasis IT tersebut adalah OHP, laptop, viewer, radio/tape, dan benda-benda teknologi lain yang dapat membantu penyampaian materi kepada siswa.



DESAIN KURIKULUM


1.             Menetapkan area dan lingkungan wilayah sekolah
Nama sekolah    : SD Kanisius Jomegatan
Alamat               : Jomegatan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

2.             Menetapkan personalia
a.    Narasumber ahli
·      Dosen PGSD USD
·      Kepala UPTK Kasihan
Tugas narasumber ahli :
·      Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
·      Menentukan Standar Kompetensi
·      Menentukan Kompetensi Dasar
b.    Kepala Sekolah
Tugas Kepala SD K Jomegatan :
·      Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
·      Menentukan alokasi waktu
·      Membuat Program Tahunan
·      Membuat Program Semester
c.    Kepala Bidang 3 garapan
·      Kepala bidang kurikulum
-       Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
-       Menentukan alokasi waktu
-       Ikut serta dalam perumusan program tahunan dan program semester
·      Kepala bidang keuangan
-       Ikut serta dalam perumusan program tahunan dan program semester
·      Kepala bidang sarana dan prasarana
-       Ikut serta dalam perumusan program tahunan dan program semester
d.   Guru
·      Guru kelas II
·      Guru pendamping khusus
Tugas guru antara lain :
·      Menentukan alokasi waktu
·      Membuat program tahunan
·      Menentukan pengalaman belajar
·      Menentukan indikator dan bentuk penilaian
·      Membuat program semester
·      Membuat silabus
e.    Murid
·      Kelas II putra
·      Kelas II putri
Tugasnya ikut menentukan pengalaman belajar yang akan dilakukan selama satu semester.
f.     Komite Sekolah
Tugas komite sekolah :
·      Menentukan program tahunan
·      Menentukan program semester


3.             Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
1)             Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
2)             Menentukan tujuan umum (Standar Kompetensi)
3)             Menentukan tujuan khusus (Kompetensi Dasar)
4)             Menentukan alokasi waktu
5)             Membuat program tahunan
6)             Menentukan pengalaman belajar
7)             Menentukan indikator dan bentuk penilaian
8)             Membuat program semester
9)             Membuat silabus

4.             Menentukan langkah implementasi kurikulum
1)             Membuat silabus
2)             Menentukan materi ajar
a.             Subjektif (apayang dibutuhkan)
b.             Objektif (materi ajar yg sedang dievaluasi)
3)             Menentukan strategi dan metode pembelajaran
4)             Menentukan kegiatan pembelajaran
5)             Menentukan bentuk dan teknik penilaian
6)             Menentukan upaya tindak lanjut penilaian (pengayaan, remedial, RPI)

5.             Melakukan evaluasi kurikulum
1)             Evaluasi desain kurikulum, dilakukan oleh narasumber/ ahli pendidikan terhadap sekolah.
2)             Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru, evaluasi tersebut dilakukan oleh kepala sekolah.
3)             Evaluasi hasil belajar siswa, yang dilakukan oleh orang tua siswa/ komite sekolah.

6.             Rencana pengembangan selanjutnya
-                 Menyediakan guru pendamping khusus kelas II untuk merintis kelas inklusi di SD K Jomegatan.


DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Model Silabus Tematik Kelas II. Jakarta: Depdiknas.
Dewey, J. 2004. Democracy and education. Mineola: Dover.
Hergenhahn, B. & Olson, M.H. 2009. Theories of learning (Teori Belajar). Jakarta: Kencana.
Suciati. 2001. Motivasi dan Teori Belajar, Edisi Revisi, PAU-PPAI Universitas Terbuka, Jakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2001. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tim Penulis. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sekolah Dasar Kelas 2. Yogyakarta: Dinas Pendidikan.
Tim Penyusun. Kurikulum SD Kanisius Jomegatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

1 comment: