Tuesday, January 17, 2012

Reflektif Pedagogy Based Teaching (Model Pemb Inovatif)

CHAPTER I
INTRODUCTION

A.            BACKGROUND
Education is one of instruments to achieve the changes of behavior. Education is aimed to develop the aspects of humanity for every person to find the identity, as well as a tool for everybody to know, realize, and accept the dignity and act in accordance with his/ her dignity.
Pendidikan adalah salah satu sarana untuk mencapai perubahan tingkah laku. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan aspek kemanusiaan setiap orang agar dapat menemukan jati diri, serta sebagai alat bantu setiap orang untuk mengetahui, menyadari, dan menerima martabatnya serta bertindak sesuai dengan martabatnya.
The main purpose of education is to realize the values that are contained in the Sciences. This reflection has an important role. With reflection people can consider and choose the experience to find his/ her true identity.
Tujuan utama dalam pendidikan adalah untuk mewujudkan nilai – nilai yang terkandung dalam suatu Ilmu Pengetahuan. Dalam hal ini refleksi memiliki peranan yang penting. Dengan refleksi seseorang dapat menimbang dan memilih pengalamannya untuk menemukan jati dirinya.
Reflective Pedagogy is a paradigm that develop the student’s personal become a personal humanity (pedagogy reflective = education of humanity). The learning model of reflective pedagogy has an important role. The process in this model starts from the context - experience – reflection – action – evaluation.
Paradigma Pedagogi Reflektif adalah pola pikir yang mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kemanusiaan (pedagogi reflektif = pendidikan kemanusiaan). Model pembelajaran ini memiiki peranan yang penting. Proses dalam model ini berawal dari konteks – pengalaman – reflection – tindakan – evaluasi.
CHAPTER II
Reflective Pedagogy Based Teaching

A.            UNDERSTAND THE MEANING OF REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM
The word pedagogy comes from the Greek,  “paigea” contain the meaning of methodology or how to accompany and assist the learners to grow and thrive based on a view of life and vision of the ideal human person. In other words, the pedagogy is always contains the ideals that was intended as well as a criteria for selecting the instrument that used in the educational process (Supraktiknya, 2007).
Kata pedagogi berasal dari bahasa Yunani yaitu paigea yang berarti metodologi atau cara mendampingi dan membantu pelajar tumbuh dan berkembang dengan didasarkan pada pandangan hidup dan visi tentang pribadi manusia yang ideal. Dengan kata lain, pedagogi selalu sudah mengandung cita-cita yang dituju sekaligus kriteria untuk memilih sarana yang digunakan dalam proses pendidikan (Supraktiknya, 2007).
Reflective Pedagogy Based Teaching is a paradigm that develop the student’s personal become a personal humanity (pedagogy reflective = education of humanity). As mentioned above, the means of human person is a person who dared to do concretely in order to seek common life, which is marked with the enforcement of the truth, the accomplishment of justice, and peace for humans and nature in social life.
Paradigma Pedagogi Reflektif adalah pola pikir yang mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kemanusiaan (pedagogi reflektif = pendidikan kemanusiaan). Sebagaimana telah disampaikan di atas, yang dimaksud dengan pribadi manusiawi adalah pribadi yang berani berbuat konkret dalam mengupayakan tata kehidupan bersama, yang ditandai dengan ditegakkannya kebenaran, diwujudkannya keadilan, dan damai sejahtera bagi manusia dan alam dalam kehidupan bermasyarakat.
Actually, reflective pedagogy based teaching is the same with Ignatian pedagogy based teaching. The purpose of this learning process is not only to collect a myriad of knowledge or a preparation to perform a profession, but more than that, it is used to develop the whole human person. Reflective pedagogy learning model is aimed for the graduates become an "intact" person, have an intellectual competent, have a willingness to grow, religious, and love.
Pada dasarnya pembelajaran berbasis pedagogi reflektif sama dengan pembelajaran berbasis pedagogi ignasian. Yaitu pembelajaran yang tujuannya bukan sekedar pengumpulan segudang pengetahuan atau persiapan untuk melaksanakan sebuah profesi, melainkan lebih dari itu, yaitu mengembangkan pribadi manusia seutuhnya. Pembelajaran pedagogi reflektif bertujuan agar lulusannya menjadi orang “utuh”, memiliki kompetensi intelektual , memiliki kemauan untuk berkembang, religious, dan penuh kasih.

B.            HOW TO IMPLEMENT THE REFLECTIVE PEDAGOGY BASED TEACHING
How reflective pedagogy learning emphasizes the successive steps consisting of:
Context-Experience-Reflection-Action-Evaluation.
Cara pembelajaran pedagogi reflektif menekankan pada langkah-langkah beruntun yang terdiri dari: Konteks-Pengalaman-Refleksi-Tindakan-Evaluasi.
1.             Context
Context is a description about "who" is interact, "how" the background and life experience, "where" and "what" the environment in which to interact, "what" is expected to emerge from the interaction, and "why" following the school. In reflective pedagogy learning, there are students who potentially support or impede the learning process. Teachers should start the learning process from the student by understand as much as possible contexts that surround students as subjects to be challenged, encouraged, and supported to achieve personal growth intact.
Konteks adalah deskrisi tentang “dengan siapa' berinteraksi, “bagaimana” latar belakang dan pengalaman hidupnya, “di mana” dan “seperti apa” lingkungan tempatnya berinteraksi, “apa” yang diharapkan muncul dari interaksi tersebut, serta “mengapa” mengikuti” sekolah. Dalam pembelajaran pedagogi reflektif, siswa yang berpotensi mendukung atau menghambat proses pembelajaran. Guru harus memulai pembelajaran dari dalam diri siswa dengan memahami sebanyak mungkin konteks-konteks yang melingkupi siswa sebagai subyek yang akan ditantang, didorong, dan didukung untuk mencapai perkembangan pribadi yang utuh.
Context includes:
Konteks meliputi:
·                Real context of student life including family, peer group, educational institutions, economic, cultural and other realities of life. Overall context influence students toward a better or worse, so it is should be reflect how can these contexts affect students in acting, argue, make decisions, nor do the options.
Konteks nyata dari kehidupan siswa yang mencakup keluarga, kelompok sebaya, lembaga pendidikan, ekonomi, kebudayaan dan kenyataa-kenyataan hidup lainnya keseluruhan konteks mempengaruhi siswa ke arah yang lebih baik atau lebih buruk, sehingga perlu direfleksikan bagaimana konteks tersebut mempengaruhi siswa dalam bersikap, berpresepsi, mengambil keputusan, maupun melakukan pilihan-pilihan.
·                Notions that brought by students when they are starting a study. Learning and experience that gained by the students from the previous study or from the environment of student is the learning context that must be considered. Besides, their feelings, attitudes and values that they have been got is a real context of their learning process.
Pengertian-pengertian yang dibawa siswa ketika memulai suatu belajar. Pembelajaran dan pengalaman yang diperoleh siswa dari study sebelumnya atau dari lingkungan hidup siswa merupakan konteks belajar yang harus diperhatikan. Selain itu, perasaan mereka, sikap dan nilai-nilai yang mereka miliki merupakan konteks nyata proses belajar mereka.
·                Context of socio-economic, political and cultural. For example, poverty has the negative impact on student expectations to success in the study; an authoritarian political regime is an obstacle to develop the creativity freely.
Konteks sosio-ekonomis, politis dan kebudayaan. Misalnya kemiskinan berdampak negative pada harapan siswa untuk berhasil dalam study, rezim politis yang otoriter merupakan hambatan untuk mengembangkan kreativitas secara bebas.
2.             Experience
Based on the contexts that have been identified in the previous stage, teachers create learning conditions that enable students to remember their experiences which related to science that discussed. Students are encouraged to sift the facts, weigh their feelings, and choose the values that they have been known related to the scope of science which they refer to. Experience which is processed is themselves experience or the experience that gained from reading or listening.
Berdasarkan konteks-konteks yang telah dikenali pada tahap sebelumnya, guru menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa mengingat pengalamannya yang berkaitan dengan ilmu yang  dibahas. Siswa didorong untuk menyaring fakta, menimbang perasaannya, dan memilih nilai-nilai yang telah mereka kenal terkait dengan bidang ilmu yang mereka simak. Pengalaman yang diolah berupa pengalaman mereka sendiri atau pengalaman yang diperoleh dari membaca atau mendengarkan.
3.             Reflection
Reflections become an important element of Ignatian education as a connector between experience and action. Reflection is a process toward personal change that can affect the changes around the scope. Reflection means deliberate carefully by using memory, understanding, imagination and feelings in the areas of science, experience, ideas, desired goals or spontaneous reaction to grasp the meaning and value of what lesson that have been learned.
Refleksi menjadi unsur yang penting dalam pendidikan ignasian karena menjadi penghubung antara pengalaman dan tindakan. Refleksi juga merupakan suatu proses menuju perubahan pribadi yang dapat mempengaruhi perubahan lingkup sekitarnya. Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi dan perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai apa yang dipelajari.
4.             Action
The action is the inner growth which is includes two stages:
Tindakan adalah pertumbuhan batin yang mencakup dua tahap yaitu:
Inner choices à is the momentum for students to choose the truth as themselves while they are still allowing themselves to the direction in which they led by the truth.
Pilihan-pilihan batin. Yaitu momentum bagi siswa untuk memilih kebenaran sebagaimana miliknya sambil tetap membiarkan diri ke arah mana ia dipimpin oleh kebenaran itu.
The choices are expressed outwardly à The meaning of life, attitude, values that have been become a part of students encourage them to do something that is consistent with their new faith. If it has a positive meaning, students will improve the circumstances that lead to a positive significant situation. In the process of learning the meaning of action is to interpret the results of learning by the mind and heart to bring their knowledge in a real life practice.
Pilihan yang dinyatakan secara lahir. Makna hidup, sikap, nilai yang telah menjadi bagian dirinya mendorong siswa berbuat sesuatu yang konsisten dengan keyakinan barunya. Jika maknanya positif, siswa akan meningkatkan keadaan yang menimbulkan yang bermakna positif. Dalam proses pembelajaran yang dimaksud dengan tindakan adalah memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan pengetahuannya dalam praktek kehidupan nyata.
5.             Evaluation
Evaluation is an activity to monitor the academic progress of students. The result of this evaluation is feedback for students and teachers. For students, the result of this evaluation is useful to improve the way of learning, for teachers is an input to improve the ways and methods of learning.
Adalah aktivitas untuk memonitor perkembangan akademis siswa. Hasil evaluasi ini merupakan umpan balik bagi siswa maupun guru. Bagi siswa, hasil evaluasi ini bermanfaat untuk memperbaiki cara belajarnya, bagi guru merupakan masukan untuk memperbaiki cara dan metode pembelajaran.
The steps above can be an effective pattern that is used continuously into a cycle:
Langkah-langkah di atas dapat menjadi sebuah pola efektif yang dipakai terus menerus menjadi sebuah siklus:
      I.                   The advantages of Reflective Pedagogy Learning Model  :
·           Helping students to be able to discriminate and selective in choosing the experience that they will attend.
Membantu siswa untuk dapat membeda-bedakan dan seektif dalam memilih pengalaman yang akan ia masuki.
·           Helping students to be able to understand on the wealth of reflection of the experiences endured.
Membantu siswa untuk mampu mengerti kekayaan refleksi dari pengalaman-pengalaman yang dialaminya.
·           Students are encouraged to develop the honesty and humanity aspects also make decisions in a responsible manner.
Siswa didorong untuk mengembangkan kejujuran dan kemanusiaan serta mengambil keputusan secara bertanggung jawab.
·           Produce study habits throughout the life, fostering interest in and understanding of a reflective experience.
Menghasilkan kebiasaan belajar selama hidup, memupuk perhatian pada pengalaman dan pemahaman reflektif.

  II.                   The weaknesses of reflective pedagogy learning model      :
·           Every student has different experience so the reflections that are produced are not the same.
Pengalaman siswa berbeda-beda sehingga refleksi yang dihasilkan tidak sama.
·           Differences of opinion about the meaning of life so that not all reflective is the same one to the other.
Perbedaan pandangan tentang arti hidup sehingga tidak semua hasil reflektif sama.
·           Differences priorities among students so the levels of achievement are different.
Perbedaan prioritas antar siswa sehingga tingkat pencapaian juga berbeda.





CHAPTER III
CONCLUSION

1.             Basically, reflective pedagogy based teaching is the same with Ignatian pedagogy based teaching that the goal is not only to get the knowledge but also to develop the human self.
Pada dasarnya pembelajaran berbasis pedagogi reflektif sama dengan pembelajaran berbasis pedagogi ignasian yaitu tujuannya tidak hanya mendapatkan pengetahuan tetapi juga untuk mengembangkan diri manusia.

2.             The process of reflective pedagogy learning is:
Context à Experience à Reflection à Action à Evaluation

3.             The advantages  :
·                Assist students to differentiate the experience that they will enter
Membantu siswa untuk membedakan pengalaman yang akan ia masuki
·                Helping students reflect on their experiences
Membantu siswa merefleksikan pengalamannya
·                Students are encouraged to develop honesty and responsibility in taking decisions
Siswa didorong untuk mengembangkan kejujuran dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan
·                Generate study habits
Menghasilkan kebiasaan belajar

4.             The Weaknesses:
·                The experience of students is different so that the result of the reflection is not the same
·                Difference in a view about the meaning of life so that the result of the reflection is not the same
·                Differences priorities result in different level of the achievement

No comments:

Post a Comment