Thursday, March 15, 2012

Teori Belajar Van Hiele (Pend Mat 3)

Teori Belajar Van Hiele

A.    Van Hiele
Van Hiele adalah seorang pengajar matematika Belanda yang telah mengadakan penelitian di lapangan, melalui observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya ditulis dalam disertasinya pada tahun 1954. Penelitian yang dilakukan Van Hiele berkesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri (Ismail, 1998).

B. Tingkat Pemahaman Geometri Pada Anak menurut Van Hiele
Menurut Pierre dan Dina Van Hiele (dalam Muharti, 1993), tingkat-tingkat pemahaman gometri pada siswa siswa terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
1)                             Level 0. Tingkat Visualisasi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini, siswa memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan (holistic). Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan komponen-komponen dari masing-masing bangun. Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama sesuatu bangun, siswa belum mengamati ciri-ciri dari bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa tahu suatu bangun bernama persegi panjang, tetapi ia belum menyadari ciri-ciri bangun persegi panjang tersebut.
2)                             Level 1. Tingkat Analisis
Tingkat ini dikenal sebagai tingkat deskriptif. Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing bangun. Dengan kata lain, pada tingkat ini siswa sudah terbiasa menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut
Sebagai contoh, anak sudah mampu mengenali sifat-sifat sebuah kubus, yaitu banyak sisinya ada 6 buah dan rusuk 12 buah. Pada tahap analisis anak sudah mampu untuk menganalisis ciri-ciri dari sebuah bangun geometri tapi belum bisa menganalisis hubungan antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya.
3)                             Level 2. Tingkat Abstraksi
Tingkat ini disebut juga tingkat pengurutan atau tingkat relasional. Pada tingkat ini, siswa sudah bisa memahami hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Pada tahap ini anak sudah memahami pengurutan bangun-bangun geometri, misalnya anak sudah mengetahui jajargenjang itu trapesium, belah ketupat adalah layang-layang, dan kubus adalah balok. Selain itu pada tahap ini anak mulai berpikir deduktif.
4)                             Level 3. Tingkat Deduksi Formal
Pada tingkat ini anak sudah mampu berpikir secara deduktif, yaitu anak mulai mampu mengambil kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus. Pada tingkat ini siswa sudah mulai mampu menyusun bukti-bukti secara formal. Ini berarti bahwa pada tingkat ini siswa sudah memahami proses berpikir yang bersifat deduktif-aksiomatis dan mampu menggunakan proses berpikir tersebut, yang berarti siswa sudah mampu menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus.
5)                             Level 4. Tingkat Keakuratan
Merupakan tahap terakhir dari perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Pada tahap ini anak sudah mampu memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Anak pada tahap ini sudah mampu memahami mengapa sesuatu dapat dijadikan dalil atau postulat, dalam hal ini pemikiran secara deduktif sangat dibutuhkan. Pada tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit.
Menurut Van Hiele, semua anak memahami geometri dengan melalui tahap-tahap tersebut, dengan urutan yang sama, dan tidak dimungkinkan adanya tingkat yang diloncati. Akan tetapi, kapan seseorang siswa mulai memasuki suatu tingkat yang baru tidak selalu sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Selain itu, menurut Van Hiele, proses perkembangan dari tahap yang satu ke tahap berikutnya terutama tidak ditentukan oleh umur atau kematangan biologis, tetapi lebih bergantung pada pengajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui siswa.

C. Karakteristik Teori Van Hiele
Teori Van Hiele memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
a)      Belajar adalah suatu proses yang diskontinu, yatu ada loncatan-loncatan dalam kurva belajar yang menyatakan adanya tingkat-tingkat pemikiran yang diskrit dan berbeda secara kualitatif.
b)      Tingkat-tingkat itu berurutan dan berhierarki. Menurut Van Hiele seorang anak harus menguasai sebagian besar kemampuan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah sehingga anak tersebut dapat berperan dengan baik pada suatu tingkat yang lanjut dalam hierarki Van Hiele.
c)      Konsep-konsep yang dipahami secara implisit oleh anak pada suatu tingkatan menjadi dipahami secara eksplisit leh anak pada tingkat berikutnya.
d)     Setiap tingkat mempunyai bahasanya sendiri, mempunyai simbol linguistiknya sendiri dan sistem relasinya sendiri yang menghubungkan simbol-simbol tersebut.

D.    Tahapan Pembelajaran Geometri Menurut Teori Van Hiele
Untuk meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi Van Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan 5 fase (langkah), yaitu ; informasi (information), orientasi langsung (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration).
Fase 1 : Informasi (information)
Pada awal fase ini, guru dan siswa menggunakan tanya jawab dan kegiatan tentang obyek-obyek yang dipelajari pada tahap berpikir yang bersangkutan. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil melakukan observasi. Tujuan kegiatan ini adalah :
a. Guru mempelajari pengetahuan awal yang dipunyai siswa mengenai topik yang di bahas.
b. Guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran selanjutnya yang akan diambil.
Fase 2 : Orientasi langsung (directed orientation)
Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat disiapkan guru. Aktifitas ini akan berangsur-angsur menampakkan kepada siswa struktur yang memberi ciri-ciri untuk tahap berpikir ini. Jadi, alat ataupun bahan dirancang menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan repon khusus.
Fase 3 : Penjelasan (explication)
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan seminimal mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir ini mulai tampak nyata.
Fase 4 : Orientasi bebas (free orientation)
Siswa mengahadapi tugas-tugas yang lebih komplek berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas-tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan tugas-tugas open-ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi diantara para siswa dalam bidang investigasi, banyak hubungan antara obyek-obyek yang dipelajari menjadi jelas.
 Fase 5 : Integrasi (Integration)
Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survey secara global terhadap apa-apa yang telah dipelajari siswa. Hal ini penting tetapi, kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru.

No comments:

Post a Comment